Rumah Angker
Sore itu, ibu mengajak aku pergi ke pasar untuk membeli sayur untuk makan nanti malam. Sampai di pasar, aku bertemu temanku Roi.“Hai Roi.” Sapaku ketika bertemu dengan Roi.
“Hai juga Din.” Kami mulai berbincang-bincang sambil menunggu orangtua kami berbelanja.
“Dina kamu tahu tidak kalau kemarin Vira melihat hantu.”
“What. Apa kamu bilang? Kapan? Di mana?
“Ih.. kamu jangan buat aku jadi bingung dong!”
“Oke oke. Sekarang kamu ceritakan kepada aku ya plisss.” pintaku sambil merengek.
Belum selesai Roi menceritakan kepadaku, mama sudah memanggilku untuk pulang. Aku pun pulang.
Malamnya, aku dan keluargaku menyantap makan malam. Aku berbincang-bincang dengan keluargaku.
“Ma tadi pas Mama mengajakku ke pasar, Dina ketemu dengan Roi loh Ma.”
“Lalu?” jawab mama seperti tidak ingin mengetahuinya.
“Din, habiskan dulu makanannya. Habis itu, kamu boleh ngomong sepuasnya.” seru ayah.
“Oke, Yah.”
Esoknya, aku bersiap-siap sarapan dan pergi ke sekolah. Di sekolah, kami mulai berbincang-bincang.
“Hey Din! Kamu gimana sih, belum selesai aku ceritain ke kamu, kamu makah kabur!” sontak Roi dengan nada sedikit kesal. “Hehehe. Maaf ya Mamaku udah manggil aku untuk pulang. Terus gimana ceritanya?”
“Jadi gini, mmm kamu tahu gak jalan haram?”
“Tahu, tahu,”
“Di situlah Vira dihantui. Katanya hantunya serem gitu! Ih. Jadi kamu harus hati-hati kalau lewat sana!”
“Oke, oke.” jawab Dina dengan nada gemetar.
Bel pun berbunyi bertanda pelajaran akan dimulai. Setelah beberapa jam kemudian, bel berbunyi artinya pulang. Semua murid mengemaskan buku dan ke luar dari kelas kecuali aku, Roi, dan Jani di dalam kelas. Mereka sibuk menceritakan cerita yang beredar di sekolah yaitu Vira melihat hantu. Tak terasa jam menunjukkan 6. Mereka sudah terkunci di dalam kelasnya.
“Aduh gimana nih, kita udah terkunci di dalam kelas.” keluh Jani.
“Aha.. aku dapat ide, gimana kalau kita lompat jendela aja. Kan jendela tidak dikunci.”
Akhirnya kami melompati jendela. Usai melompati jendela, mereka bertiga pergi ke depan pagar sekolah. Tetapi, pagar sekolah telah dikunci dan ditutup dengan rapat.
“Mending kita lewat belakang sekolah kita kan lebih mudah,” ucap Jani membeli pengarahan.
“Tapi kita lewat jalan Haram itu.” seru Roi memotong pembicaraan Jani.
“Ya udah deh,” ucapku.
Sekitar jam 7, mereka melewati rumah angker yang dibicarakan mereka waktu di sekolah. Di sudut-sudut rumah angker itu, tampak sepasang ayunan yang bergerak seiring ada yang menggerakkannya. Mereka dengan ketakutan melewati ayunan itu. Tiba-tiba suara petir terdengar di telinga mereka. “Gimana nih. Nanti kalau hujan gimana, terus nanti kalau kita dihantui gimana?” Ucap Dina ketakutan. “Udah-udah kamu gimana sih. Nanti kalau benaran gimana!” sontak Roi sedikit marah.
“Ssu.. dah..” ucap Jani dengan suara gemetar. Ketika mereka menoleh ke belakang, mereka terkejut karena melihat sesosok makhluk tanpa kaki di hadapan mereka. Mereka lari ke arah rumah angker itu. Di dalam rumah angker itu, mereka mulai memasuki ruangan pertama yakni ruang tamu. Di sana mendapati tv yang masih menyala tetapi tidak ada signal. “Hahaha, masa rumah sejelek ini ada tv.” olok Rio melihat tv itu. Usai mengatakan hal itu, tiba-tiba tv itu berhenti menyala dan barang-barang di sekitar tv itu mendadak melayang-layang. “Aaaa.. ..” Sontak mereka bertiga bersamaan sambil berlari ketakutan.
Mereka berlari tanpa arah tujuan. Tanpa sadar mereka sudah ada di belakang rumah angker itu. “Ihh serem banget.” Ucap Jani sambil gemetar. Pohon-pohon tumbuh di mana-mana, sampah berserakan di mana-mana, terdapat banyak gundukan di sekitar tumbuhnya pohon yang tinggi. Tetapi ketika dilihat semua halamannya, mata Rio tertuju pada sebuah lubang yang besar. Lebih anehnya lagi ia melihat sebuah mayat di lubang itu. Kasus ini menjadikan aku pelajaran untuk berhati-hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar