Kisah Cinta Segitiga
Saat ini novel cinta sangat banyak sekali yang menerbitkan, kali ini saya akan berbagi novel cinta remaja tentang cinta segitiga.
Malam ini aku sebenarnya masih ingin bersama Kak Renosa terus. Tapi,
ternyata mama menjemputku. Padahal tadinya Kak Renosa berniat mengajak
aku pegi nonton konser setelah pulang dari pentas Pramuka. Terpaksa
gagal acara nonton konser bersama Kak Renosa.
Tapi kenapa aku
jadi kesal ya gara-gara acaraku dan Kak Renosa gagal? Nggak mungkin kan
aku ada rasa sama Pembina Pramukaku itu. Apa mungkin karena tadi siang
aku habis putus sama Putra, jadi aku ngrasa kesepian. Sehingga acara
pergi bersama Kak Renosa aku anggap sebagai obat sakit hati. Ah biarlah.
Besok perasaan ini pasti juga sudah hilang.
Oh Tuhan!
Pagi ini Kak Renosa mengirimi aku sms untuk membangunkanku
dari mimpi. Kenapa aku merasa keGRan begini? Apa mungkin gara-gara
kejadian semalam, telah menumbuhkan benih-benih cinta? Jangan sampai
terjadi deh! Gak umum banget kalau sampai terjadi.
Sejak sore, Kak Renosa sudah ngajak aku smsan. Biasa, isinya cuma
sekedar basa-basi. Aku pun juga tidak terlalu peduli. Karena aku masih
sedikit memikirkan Putra. Hingga akhirnya aku benar-benar terkejut dan
peduli dengan sms Kak Renosa yang satu ini.
From:
K.Re : Y km gmn, mau ga. Eh seandai y km jd pacar q gt gmn y. Menurut km bs pa ga. Eh ni seandaine lo. Km mau pa ga ?
Satu
sms ini sudah bikin aku langsung mau pingsan. Belum lagi sms yang
selanjutnya. Lalu di akhir sms, Kak Renosa benar-benar nembak aku. OMG
!!! Aku langsung cerita aja ke Laurent, sahabatku. Dan Laurent pun sama
gak percayanya kayak aku. Dia bahkan berkata,”Rhasya, Kak Re itu masih
termasuk guru kita!!! Umurnya pun pasti di atas 25 tahun. Sedangkan kamu
sendiri masih kelas 3 SMP. Emangnya kamu mau? Dan ingat, Kak Re masih
punya pacar.”
Aku pun memutuskan untuk menjawab perasaan Kak Re
besok. Tidurku nggak bisa nyenyak, bahkan Kak Re sampai kebawa di mimpi.
Aku terbayang-bayang wajah Kak Re terus.
Hari ini aku ada
pembinaan Pramuka tambahan selama 2jam. Otomatis aku bakal ketemu Kak
Re. Aku benar-benar belum siap untuk ketemu Kak Re. Karena aku juga
belum nyiapin jawaban perasaanku. Pada waktu ketemu di depan R. Kepala
Sekolah, Kak Re bertanya dengan keras,”Gimana jadinya?”. Aku cuma bisa
tersenyum. Di akhir pembinaan pun Kak Re juga menanyakan hal itu lagi
sambil menarik-narik tasku. Aku jadi semakin bingung. Aku belum siap
jawabannya. Tapi di sisi lain, sepertinya Kak Re serius nembak aku. Cuma
status kita itu Pembina dan murid. Jadi aku mesti mikir dua kali untuk
menjawab pertanyaan itu. Belum lagi Kak Re yang masih punya pacar. Aku
benar-benar nggak konsen seharian ini.
Pulang sekolah, Kak Re
melanjutkan sms yang kemarin. Aduh, mau aku balas tapi ragu-ragu, nggak
dibalas malah kasihan Kak Re. Akhirnya aku balas tapi dengan jawaban
yang sama. Yaitu “Bingung”. Mau nggak mau aku harus jawab besok pagi.
Aku sudah janji sama Kak Re. Dan janji harus ditepati. Dan malam ini aku
kembali nggak bisa tidur lagi.
Esok ini, aku sudah menunggu Kak
Re di depan ruangannya. Tapi tiap aku mau ngomong, aku selalu bimbang.
Akhirnya kutunda hingga pulang sekolah. Padahal, selama pulang sekolah
aku sama Kak Re terus di sanggar Pramuka. Entah kenapa aku masih bimbang
juga. Aku pun pulang dengan perasaan yang masih terbebani.
Akhirnya
kuputuskan buat jawab lewat sms. Aku tunggu beberapa jam, smsku belum
dibalas-balas juga. Akupun berpikir, mungkin Kak Re sudah lelah menanti
jawaban dariku. Tapi sore harinya, smsku dibalas juga. Lalu dengan
segera, aku langsung jawab pertanyaan Kak Re.
To:
K.Re : Qw jwb “IYA”…
Cuma 3 kata itu yang aku kirimkan. Dan
kita pun jadian juga. Awalnya, aku ngrasa nggak yakin dengan kisah
cinta ini. Baru 2hari jadian, aku sempat berpikir buat mutusin dia
karena faktor status. Tapi Laurent melarangku. Dia bilang itu sama saja
aku mempermainkan Kak Re. Akhirnya aku coba jalani semua ini. Dan
ternyata berhasil. Perlahan-lahan aku mulai terbiasa dengan cara pacaran
kita yang “Backstreet”. Walaupun begitu, ada satu yang masih tertinggal
di hatiku. Pacar Kak Re. Aku nggak mau dituduh yang enggak-enggak. Aku
sudah berusaha bilang pada Kak Re kalau aku nggak mau diduakan. Tetapi
Kak Re hanya bisa berkata,”Sabar.”
Tak terasa hubungan kita sudah
2 minggu. Dan di minggu kedua inilah mulai timbul masalah. Sewaktu aku
telepon Kak Re, dia cerita kalau pacarnya tahu hubunganku dengan Kak Re.
Aku pun takut setengah mati. Apalagi pacarnya lebih tua daripada aku.
Bisa-bisa aku dilabrak. Sebenarnya ini juga salahku sendiri kenapa mau
menerima Kak Re. Di telepon itulah aku langsung mutusin Kak Re. Paginya,
Kak Re bersikap seolah tidak pernah putus. Aku sempat menghindar.
Karena aku sendiri nggak rela mutusin Kak Re. Pulang sekolah, Kak Re
ngajak aku ngobrol. Terus aku coba tegasin hubungan kita sekarang. Tapi
Kak Re meminta untuk tetap lanjut. Jujur, aku juga masih ingin bersama
Kak Re. Aku pun menerima Kak Re kembali.
Setelah kejadian itu,
kupikir sudah tidak ada lagi kejadian lain yang terjadi di antara kita.
Tapi ternyata dugaanku meleset. Seminggu kemudian saat aku baru saja
bangun dari tidur siang, tiba-tiba aku mendapat sms dari nomer tak
dikenal. Setelah kubaca isinya, aku langsung sadar kalau itu adalah sms
dari pacar asli Kak Re. Aku benar-benar takut kali ini. Tanpa pikir
panjang, aku segera mutusin Kak Re lagi lewat sms.
Ini
benar-benar keputusan terakhirku. Sejak saat ini dan selamanya, aku
nggak mau dekat lagi sama Kak Re. Walaupun sebagai muridnya. Aku sudah
terlanjur sayang dan cinta banget sama Kak Re, tapi sekarang aku juga
sudah terlanjur sakit hati. Aku benar-benar nggak mau lihat muka Kak Re
lagi di sekolah.
Hari ini, aku sengaja menghindar dari Kak Re.
Tiap aku tahu Kak Re mau lewat jalan yang sama kayak aku, aku selalu
sembunyi di kelas terdekat. Sampai istirahat pertama, aku berhasil
menghindar dari Kak Re. Aku cuma ngelihat mukanya dari jauh. Aku nggak
pingin Kak Re tahu kalau aku masih merhatiin dia.
Ketika aku
duduk rame-rame dengan teman-teman se-genk di kantin, Bu Yuni menyuruhku
untuk fotocopy daftar nilai di kantor. Ugh, sia-sia usahaku menghindar
dari Kak Re hari ini. Karena di sekolah, Kak Re lah yang biasa melayani
untuk fotocopy. Berarti aku mau nggak mau harus ketemu Kak Re juga. Pas
sudah sampai di kantor, aku Cuma bilang fotocopy, sedetikpun tidak
memandang wajahnya. Lalu katanya, “Tinggal aja dulu. Masih antri
soalnya.”. Tanpa basa-basi aku langsung meninggalkan kantor. Benarnya
nggak sopan juga. Tapi kali ini aku nggak peduli sama etika kesopanan
kalau berhadapan sama Kak Re. Soalnya aku benar-benar sakit hati.
Setengah jam kemudian, aku mengambil fotocopyan itu. Aku juga nggak
bilang makasih sedikitpun. Dan saat aku membaca mading, Kak Re kebetulan
lewat dan memegang pundakku seraya bertanya,”Nggak pulang tah?”. Tapi
aku sama sekali menggubrisnya. Benar-benar bukan sikap murid pada
umumnya. Yah…Cinta ini juga tidak semestinya. Hari pertama setelah aku
putus dengan Kak Re begitu berat bagiku. Malamnya aku langsung sms
supaya besok bisa ngomong sebentar cuma buat ngejelasin masalah ini.
Berhari-hari
aku sudah berusaha nyempetin waktuku buat ngomong sama Kak Re. Karena
ku ngrasa ada yang masih tertinggal di hatiku kalau aku nggak ngomong
langsung sama Kak Re. Tetapi berhari-hari juga Kak Re sibuk. Jadi gak
ada waktu buat ngomong sama aku.
Ya beginilah akhir kisahku
dengan Kak Re. Yang hanya menyisakan puing-puing hati yang sudah hancur.
Tak terasa seminggu lebih kulalui tanpa Kak Re. Entah kenapa bayangan
Kak Re masih menghantui hari-hariku. Mimpiku selalu dipenuhi kehadiran
Kak Re. Semuanya tentang Kak Re belum bisa hilang dari hatiku. Aku sudah
berusaha mencobanya. Rupanya sia-sia. Aku benar-benar masih sayang Kak
Re.
Suatu malam, Kak Re meneleponku. Dia berkata kalau dia juga
masih sayang aku. Tetapi dia bingung harus gimana. Dia bilang biar waktu
saja yang menjawab. Katanya, walaupun aku dulu cuma kekasih gelapnya,
tapi cinta dia sempat dalem ke aku. Kata-kata Kak Re malam itu semakin
membuat aku nggak bisa lupain dia.
Untuk waktu ke depan, aku
nggak mau pacaran dulu. Aku ingin menyimpan rasa sayangku ke Kak Re
untuk sementara waktu sampai aku benar-benar melupakannya. Biarlah semua
yang indah menjadi kenangan yang terus tersimpan dalam lubuk hatiku.
Biarlah yang pahit kubuang bersama rasa sakit hatiku ini. Cukup satu
kali aku merasakan pacaran dengan guru. Akan aku jadikan pengalaman yang
tak akan pernah terulang.
Buat semua yang baca kisah ini, jangan
pernah ditiru. Karena di akhirnya kalian bakal ngrasain susah sendiri.
Mencintai seseorang yang tidak selayaknya dicintai. Memendam cinta yang
tak semestinya. Berat sekali untuk diri kita.
Terimakasih sudah membaca Novel Cinta Kisah Cinta Segitiga, semoga bermanfaat dan bisa untuk mengisi waktu luang anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar